Apakah ada aliens di angkasa luar? Mari kita pikirkan bersama.
Dalam batas tata surya kita, aliens ada, tapi mungkin sekali dalam
bentuk berbagai mikro-organisme, bukan dalam bentuk organisme cerdas.
Wantariksa Voyager 1 setelah 35 tahun melanglang
tata surya akhirnya pada Nov 2012 dipastikan telah keluar tata surya dan masuk
ke dunia antarbintang. Jika ada organisme cerdas lain yang sudah maju di
kawasan tata surya kita, mustinya berbagai wantariksa buatan manusia akan
mengalami gangguan, berhubung
mungkin saja semangat berperang ada antar berbagai organisme cerdas
yang menghuni satu tata surya yang sama. Nyatanya, Voyager 1 aman-aman saja setelah selama 35 tahun
menjelajahi seluruh kawasan tata surya.
Sudah ada tiga rover yang didaratkan di planet
Mars; yang mutakhir rover Curiosity. Misi tiga rover ini adalah menemukan
mikroba di planet ini. Selain planet Mars, ada enam tempat lain dalam tata
surya yang diyakini memiliki kehidupan mikrobial. Enam tempat itu: 3 bulan
planet Jupiter (Europa, Callisto, Ganymede); 2 bulan planet Saturnus
(Enceladus, Titan); atmosfir planet Venus.
Kalau dalam tata surya kita di luar planet Bumi hanya ada mikroba,
mungkin sekali tidak demikian halnya dalam bagian-bagian lain galaksi kita,
Bima Sakti. Carl Sagan memperkirakan dalam Bima Sakti ada 400 milyar bintang.
Sebanyak 50 % di antaranya diorbiti minimal 1 planet seukuran Bumi atau lebih
besar. Lewat Teleskop Antariksa Kepler (diluncurkan Maret 2009) ditemukan dalam
Bima Sakti minimal ada 17 milyar planet seukuran Bumi. Selama 22 bulan
beroperasi, Teleskop Kepler telah memindai 2.740 planet dalam Bima Sakti,
termasuk empat planet “super-Bumi” (besarnya 1,25 kali sampai 2 kali ukuran
Bumi). Empat planet “super-Bumi” ini mengorbit masing-masing bintangnya dalam
jarak yang memungkinkan adanya air pada permukaan masing-masing. Dari waktu ke
waktu, ditemukan makin banyak sistem matahari dalam Bima Sakti yang
memungkinkan munculnya kehidupan di sana.
busur pusat galaksi Bima Sakti
Jika Bumi dijadikan model pembentukan kehidupan,
di angkasa luar akan terbentuk kehidupan jika ada air, energi, kimia organik,
oksigen. Di angkasa luar tersedia melimpah air, energi, kimia organik, oksigen.
Jadi, terbentuknya kehidupan di sana adalah hal yang pasti. Tetapi terbuka
kemungkinan bahwa berbagai bentuk kehidupan bisa terbentuk di angkasa luar di
luar model dari planet Bumi. Telah ditemukan, kimia inorganik di angkasa luar
mampu melahirkan bentuk-bentuk kehidupan. Kondisi yang tidak sama dengan
kondisi di Bumi. Kita harus siap menerima kemungkinan bahwa di angkasa luar
kehidupan dapat terbentuk di luar cara-cara yang kita kenal di Bumi.
Seandainya proses terbentuknya kehidupan di Bumi
dijadikan model, model ini dengan mudah terpenuhi di angkasa luar. Istilah
“pan-spermia” dibuat untuk menyatakan bahwa dalam seluruh jagat raya,
benih-benih kehidupan (spermia) tersebar di mana-mana (pan). “Pan-spermia”
adalah fakta karena zat-zat kimia yang diperlukan bagi kehidupan berasal dari
debu-debu bintang yang meledak (supernova). Atom-atom dalam tubuh anda berasal
dari angkasa luar, persisnya dari debu-debu supernovae. Bintang-bintang
memenuhi jagat raya kita, dan menjadi sumber kimia organik yang dapat
memunculkan kehidupan jika kondisi-kondisi yang diperlukan terpenuhi.
Supernovae adalah kejadian yang lumrah dalam lingkup jagat raya kita yang
mahaluas, dan darinya kimia organik terbentuk dan menyebar ke seluruh ruang vakum jagat raya.
Di Bumi kehidupan dalam wujud mikrobial sudah
muncul 3,5 milyar tahun lalu, lalu berevolusi dan melahirkan bentuk-bentuk
kehidupan bersel majemuk. Tata surya kita sendiri sudah berusia 5 milyar tahun;
sedangkan jagat raya kita sudah berusia 13,8 milyar tahun sejak big bang.
Organisme cerdas yang dinamakan homo sapiens, manusia, baru muncul 400 ribu tahun
lalu di Afrika. Peradaban modern teknologis kita sangat muda, baru berusia 300-400
tahun, di kawasan tata surya kita yang terbentuk 5 milyar tahun lalu.
Nah, saya mau ajak anda membayangkan: Apa yang
telah dan sedang terjadi dalam tata-tata surya lain di jagat raya yang usianya
sudah sangat tua, misalnya 12 milyar tahun, dan evolusi biologis spesies di
sana sudah berlangsung minimal 10 milyar tahun, berawal dari mikroba-mikroba?
Aliens cerdas sudah pasti ada di sana, dengan tingkat kemampuan kecerdasan yang
tidak terbayangkan oleh kita. Jika di sana sudah terbangun peradaban-peradaban
teknologis yang usianya jutaan hingga milyaran tahun, maka peradaban modern
kita bak mainan kanak-kanak jadinya. Mobil-mobil termaju yang kita punya bak
mobil-mobilan dari kotak korek api jadinya! Begitu juga halnya dengan
pesawat-pesawat terbang modern kita: dibandingkan dengan wantariksa yang
dimiliki aliens cerdas, pesawat-pesawat jet kita bak kapal-kapal terbang kertas
buatan anak-anak TK.
Eksistensi kita sekarang masih sangat bergantung
pada kondisi ragawi kita. Bagaimana dengan berbagai peradaban lain dalam jagat
raya yang usianya sudah jutaan hingga milyaran tahun? Aliens cerdas di angkasa
luar mustinya ada. Tetapi eksistensi mereka sudah melampaui batas-batas ragawi
yang kini masih mengurung kita. Aliens cerdas pastilah sudah bisa menyatukan
raga mereka dengan mesin-mesin, bahkan bisa mengubahnya menjadi energi, cahaya,
atau informasi. Wujud-wujud non-material yang semacam ini membuat aliens cerdas
sudah bisa mengatasi kendala dimensi ruang-waktu yang kini masih memenjara
kita. Menembus “lubang-lubang cacing” (worm holes) sebagai
jalan-jalan pintas untuk sampai di jagat-jagat raya lain yang paralel
bisa jadi adalah sesuatu yang rutin mereka lakukan, sementara, di pihak
kita, kita sekarang belum mampu untuk menemukan lokasi lubang-lubang
cacing ini apalagi melewatinya. Kita harus siap kaget karena mengalami faktor “Wow”
jika
memikirkan eksistensi aliens cerdas.
Aliens yang sudah membangun peradaban jutaan
hingga milyaran tahun jangan kita bayangkan akan tampilkan diri sebagai
sosok-sosok ragawi hijau dengan dua mata yang besar. Juga jangan kita bayangkan
wantariksa mereka akan sebesar benua yang melanglang jagat raya (seperti
ditampilkan dalam film The
Independence Day).
Nanoteknologi adalah sebuah kunci untuk membuka
tabir eksistensi aliens cerdas di angkasa luar. Dengan nanoteknologi yang
mencakup logam dan daging, aliens cerdas bisa mengubah tubuh mereka jadi
atom-atom yang bisa berubah ke wujud apapun yang mereka kehendaki. Dengan
nanoteknologi yang sangat advanced, wantariksa mereka juga bisa hanya sebesar
molekul, sehingga tidak tampak oleh mata biasa kita.
Kenapa kita hingga sekarang belum pernah
berpapasan dengan aliens cerdas dan armada wantariksa mereka, jika mereka ada?
Mungkin sekali sebetulnya aliens cerdas dari
galaksi-galaksi lain yang jauh, sudah berada di antara kita di planet Bumi.
Bagaimana mungkin? Ya, mungkin mereka ada di sekitar kita tidak dalam
eksistensi ragawi, tapi berupa energi, cahaya, informasi, dan wujud-wujud lain
yang serba asing bagi kita. Begitu juga, armada wantariksa mereka mungkin juga
ada di Bumi, tapi tidak kasat mata karena masing-masing wantariksa mereka hanya
sebesar molekul. Mungkin juga mereka telah membangun koloni di Bulan kita, dan
dari situ mereka aktif mengikuti perkembangan peradaban kita dengan setia dari
abad ke abad, dari milenium ke milenium.
Kita bertanya: Kenapa aliens cerdas itu tidak
langsung saja menjajah dan menjarah planet Bumi kita lalu memusnahkan kita dan
peradaban kita? Nah saya percaya satu hal ini: Semakin maju suatu peradaban,
semakin etis perilaku organisme yang membangunnya. Begitulah dengan aliens.
Jika
aliens yang ada di sekitar kita memiliki
peradaban yang sudah sangat maju, jauh meninggalkan kita, begitu juga
halnya
dengan moralitas mereka. Mereka tidak akan menjajah dan menjarah planet
Bumi,
karena etika yang mereka hayati sudah sangat agung, seagung tingkat
peradaban
mereka. Itu juga yang dipercaya Carl Sagan: aliens cerdas memiliki etika
sangat
agung tidak terbayangkan, sejalan dengan tingkat kemajuan peradaban
mereka.
Jika aliens cerdas punya etika yang agung, malah mungkin mereka sedang
mengawal
homo sapiens untuk bisa melewati setiap krisis peradaban yang
membahayakan
ketahanan kehidupan kita. Bukan itu saja. Mungkin sekali DNA kita juga
diciptakan semula oleh mereka, yang lalu mereka budidayakan di planet
Bumi sebagai bagian dari eksperimen sains perekayasaan genetik mereka.
Jadi, kita semua sangat mungkin adalah anak-anak aliens sendiri.
Tapi Stephen Hawking punya pandangan lain.
Baginya, aliens bisa sangat jahat seperti jahatnya homo sapiens. Kata Hawking:
Jika aliens menemukan planet Bumi, perilaku mereka akan sama dengan saat
Colombus menemukan benua Amerika, yakni menjajah dan menyingkirkan penduduk
asli Amerika!
Tapi di planet ini, kita sudah hidup selama 400
ribu tahun, dan aliens cerdas, jika sudah ada di sekitar kita, tidak kunjung
membunuh kita semua. Mungkin Carl Sagan benar, dan Hawking salah. Jika begitu,
tenang sajalah kita seandainya aliens cerdas memang sudah ada di antara kita.
Satu hal sudah pasti, aliens cerdas ada. Para
fisikawan dll kini tidak meragukan eksistensi mereka walaupun kita tidak pernah
bertemu mereka hingga saat ini. Aliens cerdas tahu kita, tapi kita tidak tahu
keberadaan mereka hingga saat ini, mungkin hingga peradaban kita berusia jutaan
tahun. Jika kita mau segera bisa melihat dan bertemu mereka, paculah sains dan
teknologi kita supaya tumbuh dan berkembang dengan tingkat percepatan yang
fantastis. Kita mampu!
Ioanes Rakhmat