HUMANISME
(Humanisme adalah etika) Humanisme menjunjung tinggi nilai-nilai, kedaulatan dan kebebasan pribadi dalam segala hak kebebasan yang hanya dibatasi oleh hak pribadi lainnya. Seorang humanis memelihara humanitas termasuk untuk generasi masa depan. Seorang humanis percaya bahwa moralitas adalah bagian dari sifat alami manusia yg mendasarkan pada saling pengertian dan acuh terhadap sesama serta tidak memerlukan sanksi dari luar.
HUMANISME
(Humanisme adalah rasionalitas) Humanisme memakai sains secara kreatif bukan destruktif. Humanis percaya bahwa solusi atas masalah-masalah dunia terletak pada pemikiran manusia dan tindakannya, ketimbang intervensi transenden/ilahi. Humanisme menganjurkan pemakaian metoda-metoda ilmiah dan berfikir bebas terhadap masalah kesejahteraan manusia. Tetapi humanis juga percaya bahwa pemakaian sains dan teknologi haruslah dibawah nilai-nilai kemanusiaan. Sains menentukan cara, nilai-nilai kemanusian yang menentukan akhirnya.
HUMANISME
(Humanisme menyulang demokrasi dan hal azasi manusia) Humanisme bertujuan mengembangkan manusia sepenuh-penuhnya. Memegang demokrasi dan pengembangan diri manusia sebagai sebuah hak. Prinsip-prinsip demokrasi dan hak azasi manusia dilaksanakan dalam hubungan antar manusia tanpa dibatasi oleh cara-cara pemerintahan.
HUMANISME
(Humanisme menginginkan kebebasan pribadi menyatu dengan tanggung jawab sosial) Usaha-usaha humanis adalah membangun dunia berdasarkan ide-ide dari manusia bebas yang bertanggung terhadap masyarakat serta mengakui saling ketergantungan di dunia. Humanisme bukanlah dogma, tanpa sumpah dalam keterlibatan. Humanisme terikat dalam memajukan pendidikan yang bebas dari indoktrinasi.
HUMANISME
(Humanisme adalah tanggapan terhadap kebutuhan luas untuk alternatif agama dogmatis) Agama besar di dunia mengklaim kebenaran berdasarkan pada wahyu dan berlaku sepanjang jaman serta berusaha untuk memaksakan pandangan dunia mereka pada semua umat manusia. Humanisme mengakui bahwa pengetahuan yang dapat diandalkan dunia dan diri kita muncul melalui suatu proses yang berkelanjutan. observasi, evaluasi dan revisi.
Sunday, January 25, 2015
IMAGINE (John Lennon and Yoko Ono, May 1971)
Tuesday, December 16, 2014
Diaspora vs Illegal Imigrant in USA
Friday, November 14, 2014
Ekonomi Harus di Depan Politik
Rhenald Kasali di artikelnya yang berjudul Penakut Tak Akan Pernah Melakukan Perubahan (Pointingonline.com), antara lain menulis:
Lima belas tahun yang lalu, salah seorang Emir terkemuka dari Uni Emirat Arab, Sheikh Muhammad Makhtum al Makhtum pernah berujar: “Ekonomi itu ibaratnya kuda, sedangkan politik adalah keretanya”. Baginya, Dubai menjadi besar karena ekonominya berada di depan politik. Di Indonesia kita justru menyaksikan pertunjukan sebaliknya, kuda di pacu agar bisa berlari kencang di taruh dibelakang kereta bak tukang sate mendorong gerobaknya. Alih-alih berlari cepat, kuda menjadi liar dan tabrak kanan – kiri. Ibarat kuda mabuk.
Kemudian, di sebuah artikelnya yang berjudul Bukan Singa yang Mengembik(Koran Sindo, Sabtu, 7 Juli 2014), Rhenald antara lain menulis:
Ekonomi, Bukan Politik
Kata Sheik Rashid, “Kami harus bekerja keras dan bekerja cepat. Supaya bisa bekerja cepat, kami harus bisa membangun sistem yang simpel dan berpikir simpel.” Itulah program transformasi yang diusung oleh para sheik tersebut. Dalam program transformasinya, Sheik Rashid mengedepankan ekonomi, bukan politik. Dia percaya bahwa untuk bisa berpolitik secara beradab, masyarakatnya harus sejahtera terlebih dulu. Bukan dibalik, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, politik harus berada di depan. Di UEA, kita bisa melihat hasilnya.
Dua puluh tahun setelah pertemuan tersebut, UEA–yang kini terdiri dari tujuh negara bagian–menjadi salah satu negara yang paling sejahtera di kawasan Timur Tengah. Ketika negaranegara lain di kawasan tersebut diguncang oleh gelombang Arab Spring, UEA tetap tenang karena rakyatnya sejahtera, sehingga mampu menghasilkan karya-karya yang monumental. Di antaranya Burj Khalifah, yang saat ini menjadi gedung tertinggi di dunia. UEA juga berhasil mentransformasi bisnis negaranya yang semula mengandalkan minyak dan gas menjadi lebih mengedepankan bisnis jasa.
Kini, bisnis wisata tumbuh subur di sana. Maskapai penerbangan mereka, Emirates Airlines, pada tahun 2013 menempati peringkat pertama The World The Worlds Best Airlines versi Syktrax. Padahal tahun sebelumnya masih menempati peringkat ke-8. Saat ini UEA juga tengah membangun mal terbesar di dunia, Mall of The World, yang luasnya mencapai 4,4 juta meter persegi. Para sheik itu adalah singa yang berada di kumpulan kambing jinak.
Tapi mereka tetap mengaum, bukan mengembik. Kita baru saja menjalani siklus lima tahunan dengan memilih pasangan presiden dan wakil presiden. Belum ada pemenang resmi. Meski begitu bolehlah sejak sekarang kita menaruh harapan, kelak pemimpin kita dapat menjadi singa-singa berhati mulia yang mampu membuat sejahtera negaranya. Bukan sebaliknya. Juga bukan keledai berbulu singa, atau singa yang mengembik.
Mungkin Mahfudz Sidiq dan Desmond J Mahesa belum membaca dan paham filosofi dari artikel-artikel Rhenald Kasali ini, sehingga sampai hari ini mereka masih saja berprinsip bahwa politiklah yang harus di depan ekonomi, bukan sebaliknya. Padahal fakta dunia sudah terlalu banyak membuktikan bahwa itu salah. Seharusnya: Ekonomilah yang di depan politik, bukan sebaliknya.
Singa yang disebut Rhenald Kasali di artikel itu maksudnya adalah orang yang harus mempunyai karakter seperti singa, yang selalu fokus, dan agresif dan mengejar mangsanya. Karena hanya berkarakter demikian setiap manusia akan selalu fokus, dan mati-matian dalam mengejar cita-citanya dan berupaya sekeras-kerasnya untuk keluar dari setiap masalah yang datang. Bukan seperti singa yang mengembik, yaitu mereka yang punya sebenarnya potensi untuk menjadi orang besar, tetapi hanya selalu mencari aman, selalu berkelompok di zona nyaman, saling melindungi satu dengan lain.
Sebab kalau disuruh Indonesia harus menjadi macan Asia, atau bahkan macan dunia, itu Jokowi tidak setuju. Menurutnya janganlah kita menjadi macan, karena akan membuat banyak orang yang takut dan menjauh dari kita. Tetapi yang benar adalah kita harus bisa menaklukkan macan itu, sehinga dia bisa menjadi sahabat dan mitra kita. ***
Wednesday, November 5, 2014
Desiderius Erasmus
Monday, November 3, 2014
Feminisme dan feminis
Feminisme dapat dikata menemukan kembali harga diri dan kehormatan diri serta martabat dan harkat perempuan yang dalam sejarah panjang perkembangan peradaban manusia pernah diperlakukan sebagai insan rendahan, kelas dua atau kelas tiga dalam masyarakat patriarkal.
Jadi, feminisme itu sebetulnya gerakan dan paham yang bagus. Sangat demokratis dan humanitarian, karena memperjuangkan manusia perempuan untuk diterima setara dengan manusia lelaki dalam kedudukan dan peran mereka. Sebagaimana dalam setiap ideologi dan gerakan, dalam feminisme juga ditemukan berbagai aliran yang masing-masing menekankan segi-segi khusus gerakan, dan setiap aliran ini membentuk perilaku dan watak yang spesifik dari setiap feminis.
Feminis adalah setiap orang, lelaki maupun perempuan, yang berkomitmen untuk merealisasi ideal-ideal dan tujuan-tujuan gerakan feminisme. Umumnya, yang biasa disebut feminis adalah kaum perempuan dalam gerakan feminisme.
Banyak feminis yang saya kenal berwatak ramah, elegan dan simpatik, sangat terbuka jika diajak berdiskusi hal apapun, termasuk jika yang mengajak orang lelaki yang sinis atau anti terhadap gerakan dan ideologi feminisme. Tidak sedikit di antara mereka adalah juga para ibu rumah tangga, selain banyak juga yang menjomblo. Feminis jenis ini melihat manusia lelaki dan manusia perempuan saling melengkapi dan harus bekerja sama untuk memajukan peradaban insani. Mereka tidak melihat dunia hitam atau putih yang terpisah dan terbelah. Perpaduan hitam dan putih, atau (memakai terminologi filsafat Timur) perpaduan dinamis Yin dan Yang, dilihat mereka sebagai sesuatu yang indah dan powerful.
Pengalaman pertama saya berjumpa dengan perempuan feminis pemberang terjadi di negeri Inggris. Ketika itu, saya ikut hadir dalam suatu acara gerakan feminis internasional, yang panitianya umumnya perempuan Inggris. Saya terlibat percakapan yang hangat dengan dua perempuan feminis saat itu. Mengasyikkan. Tetapi ketika saya bertanya kepada keduanya tentang bagaimana keadaan keluarga mereka, khususnya suami dan anak-anak mereka, dan bolehkah saya berkenalan dengan mereka, keduanya (saya sudah tahu mereka menikah) langsung berubah tidak ramah dan sekaligus berang. Saya kaget dan tidak paham. Langsung saya menghentikan percakapan.
Bagi kita sebagai orang Timur, adalah lazim dan baik jika kita bertanya tentang keadaan keluarga seseorang yang kebetulan kita jumpai, tanpa bermaksud mencampuri urusan rumah tangganya. Tetapi mungkin, hal ini dinilai tidak lazim dan terlalu rewel dan mau mencampuri urusan privat, oleh para perempuan Inggris yang feminis. Saya kadangkala ditanyai oleh para ibu dan para bapa yang kebetulan sudah lama tidak jumpa atau malah baru jumpa, bagaimana keadaan rumah tangga, dengan istri dan anak-anak, dengan pekerjaan, dengan kesehatan, dengan masa depan, dll. Saya malah senang ditanyai demikian. Bagi saya mereka ramah dan simpatik serta peduli. Jadi saya jawab dengan ringan dan happy, tanpa beban apapun.
Ternyata pengalaman pertama saya itu bukan yang terakhir. Saya menemukan makin jelas, memang ada banyak feminis yang memandang kehidupan mereka sebagai peperangan melawan dengan agresif struktur dan sistem yang mereka dengan sepihak nilai sebagai penindas perempuan, termasuk melawan orang-orang yang mendukung struktur dan sistem ini. Ideologi feminis mereka memang ideologi yang agresif dan ideologi kemarahan, alhasil mereka juga terbentuk sebagai pribadi-pribadi yang agresif dan suka berang.
Apakah para feminis pemberang itu berwatak demikian hanya karena faktor-faktor bawaan lahir saja, sebagai perangai yang diwariskan, dan tidak ada hubungannya dengan ekologi sosial yang di dalamnya mereka hidup dan menerima ideologi feminisme aliran tertentu? Jawabannya sebenarnya sudah jelas. Selain faktor genetik (disebut juga faktor "nature"), watak dan kelakuan manusia juga dibentuk oleh faktor ekologi sosial dan ideologi-ideologi yang dianut dalam ekologi ini. Faktor kedua ini biasanya disebut sebagai faktor "nurture", atau dalam istilah genetikanya dinamakan faktor "epigenetik". Siapa diri kita, dibentuk oleh faktor genetik sekaligus oleh faktor epigenetik. Begitu juga halnya dengan watak dan kelakuan para feminis: watak dan kelakuan setiap feminis dibentuk selain oleh faktor genetik mereka, juga dibentuk oleh lingkungan sosial feminis yang di dalamnya mereka hidup dan oleh ideologi-ideologi feminis yang mereka yakini dan mereka jalankan.
Jika anda feminis, termasuk jenis feminis apakah diri anda?
Apapun pilihan jenis feminisme anda, sebaiknya kita semua menyadari pentingnya feminisme berubah, dari gerakan kultural dan sosiopolitik yang penuh kemarahan (karena berakar pada sejarah yang penuh kepahitan), menjadi gerakan intelektual yang cerdas, kritis, jelas, ekspresif sekaligus santun, tenang, terpelajar dan bersahabat, sebagaimana patutnya sikap dan penampilan para intelektual. Jika perubahan ini terjadi, saya kira feminisme akan jauh lebih mudah dipahami, dimengerti dan diterima dalam masyarakat bahkan akan lebih kuat dan lebih luas didukung, termasuk dalam dunia Islam masa kini.