Salah satu budaya Batak yang cukup populer adalah Solu Bolon. Pernahkah Anda mendengar nama tersebut ? Bagi Anda yang pernah berkunjung ke Danau Toba tentunya Anda pernah mendengar nama benda yang satu ini. Solu Bolon adalah sebuah alat transportasi khas Batak berupa perahu yang ukurannya sangat besar dan di dalamnya mampu menampung puluhan orang.
Solu Bolon ini merupakan perahu yang digunakan oleh masyarakat Batak pada masa dahulu sebagai sarana untuk melakukan berbagai kegiatan. Mulai dari kegiatan berlayar dalam sebuah kelompok, mencari nafkah hingga kegiatan-kegiatan lainnya. Selain itu Solu Bolon ini juga menjadi transportasi angkutan penyeberangan bagi masyarakat Batak yang menjadi perantauan dari Pulau Samosir. Namun, uniknya pada masa dahulu seorang perantauan yang akan pergi meninggalkan Pulau Samosir akan di iringi oleh berbagai kesenian adat Batak serta tradisi sakral agar perjalanannya di berkahi.
Tak hanya itu, Solu Bolon ini juga menjadi sarana terpenting bagi kehidupan masyarakat Batak pada masa dahulu, terutama bagi tokoh-tokoh penting yang memimpin sebuah perkumpulan masyarakat Batak. Bahkan menurut sejarah, yang mempunyai Solu Bolon ini bukanlah sembarang orang, sebab hanya orang-orang yang mempunyai kedudukan tinggi dalam suatu komunitas saja yang mempunyai Solu Bolon ini. Sehingga tampaknya Solu Bolon ini adalah sarana transportasi termegah di masa dahulu yang sangat diagung-agungkan oleh masyarakat.
Salah satu tokoh penting yang mempunyai Solu Bolon ini adalah Raja Sisingamangaraja XII. Seperti yang kita ketahui sebelumnya, Raja Sisingamangaraja XII adalah salah satu pahlawan nasional dari Tanah Batak yang pernah berjasa dalam upaya perlawanan kepada kolonial Belanda yang kala itu ingin menguasai Tanah Batak, bahkan Raja Sisingamangaraja XII sendiri merupakan seorang petinggi yang sangat disegani oleh rakyatnya karena kepiawaiannya dalam memimpin dan mengatur strategi perang.
Solu Bolon yang di miliki oleh Raja Sisingamangaraja XII jumlahnya ada puluhan dan semuanya memiliki panjang sekitar 20 meter dengan diameternya yang sangat lebar. Diantaranya puluhan Solu Bolon yang dimiliki Raja Sisingamangaraja XII ada sekitar 40 buah Solu Bolon yang pernah digunakannya sebagai sarana untuk melakukan perlawanan kepada kolonial Belanda ketika membawa pasukannya dari Pulau Samosir menuju Kota Balige.
Solu Bolon ini terbuat dari kayu yang berkualitas tinggi, sehingga tidak mudah rusak ketika menggunakannya. Dengan warna coklat tua yang menghiasi setiap sisinya, Solu Bolon ini juga dipenuhi dengan arsitektur-arsitektur Batak yang menghiasi di hampir seluruh bagiannya. Arsitektur tersebut diyakini mempunyai filosofis tersendiri dalam kepercayaan masyarakat Batak, sehingga arsitektur yang ada pada satu perahu hampir sama dengan perahu yang lainnya, sehingga arsitektur itu sendiri menjadi ciri khas dari Solu Bolon.
Kemegahan yang ada dalam perahu ini pun ternyata menjadikannya sangat ekslusif dibandingkan benda-benda bersejarah lainnya. Hal tersebut dikarenakan Solu Bolon ini hanya dibuat beberapa buah saja, sehingga apabila dihitung jumlah perahu ini sangat minim bahkan hingga kini pun jumlahnya tinggal beberapa buah saja.
Salah satunya adalah Solu Bolon yang terdapat di Museum Huta Bolon Simanindo, Pulau Samosir. Solu Bolon yang ada di museum ini dahulunya ada milik seorang petinggi yang pernah berkuasa dalam satu perkampungan di Tanah Batak, dan tampaknya Solu Bolon di Museum Huta Bolon ini masih dirawat dengan sangat baik oleh pihak-pihak museum.
Seiring dengan berkembangnya zaman, maka keberadaan Solu Bolon ini pun menjadi budaya tersendiri yang mempunyai nilai-nilai sejarah dalam tradisi etnis Batak di masa dahulu. Sehingga kini keberadaan Solu Bolon semakin dilestarikan oleh masyarakat Batak. Selain di Museum Huta Bolon Simanindo, Anda pun kini dapat melihat Solu Bolon di beberapa tempat lainnya seperti di Kompleks Museum Sisingamangaraja XII di Kota Balige.
Solu Bolon yang ada di kompleks tersebut adalah Solu Bolon yang dimiliki oleh Raja Sisingamangaraja XII, yang cukup populer di masa dahulu. Bahkan, kini Anda pun juga dapat melihat Solu Bolon yang digunakan secara langsung. Tepatnya pada pergeleran akbar Pesta Danau Toba yang diadakan setiap setahun sekali di Kabupaten Simalungun.
Di dalam rangkaian prosesi acara, terdapat sebuah pertandingan lomba Solu Bolon yang biasanya di ikuti oleh beberapa kelompok pemuda dari berbagai daerah di Sumatera Utara. Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan Solu Bolon agar tidak hilang seiring dengan berkembangnya zaman, khususnya memberikan pengenalan kepada generasi muda bahwasanya Solu Bolon adalah bagian dari sejarah dan budaya etnis Batak.
Naniarsik memang sangat lekat dengan adat Batak. Jenis kuliner ini masih menjadi salah satu rangkaian ritual dalam beberapa upacara adat khas Batak, termasuk ketika penyelenggaraan pernikahan adat Batak. Bahkan, di balik hadirnya Naniarsik terkandung filosofi bijak yang pasti sangat bermanfaat bagi kehidupan baru yang akan ditempuh oleh kedua mempelai.
Di masa sekarang, masakan Naniarsik biasanya menggunakan ikan mas. Namun, sebenarnya bahan ikan yang dipakai untuk membuat masakan ini pada zaman dahulu adalah jenis ikan yang disebut ”ihan” atau dikenal juga sebagai ”ikan Batak”. Ikan yang satu ini hanya bisa ditemukan di tempat-tempat tertentu, seperti di Danau Toba atau di hulu Sungai Asahan. Namun, saat ini populasi ikan ”ihan” sudah sangat langka sehingga sering diganti dengan ikan mas sebagai bahan untuk membuat Naniarsik.
Rasa ikan ”ihan” memang manis dan khas karena ikan yang sudah jarang ditemukan ini mempunyai habitat hidup di air yang jernih. Selain itu, ikan ”ihan” biasanya hidup beriringan, bersama-sama, atau berkelompok. Oleh karena itu, ikan ini lantas diabadikan menjadi masakan Naniarsik yang kemudian menjadi simbol dalam upacara pernikahan adat Batak. Harapannya adalah kedua mempelai pengantin akan selalu beriringan dan bersama-sama dalam menjalani kehidupan hingga akhir hayat.