Thursday, October 23, 2014

Kurikulum 2013 Indonesia VS Kurikulum Finlandia

Masykur


Lagi-lagi Indonesia untuk kesekian kalinya berencana menggantikan kurikulum. ada beberapa perubahan yang telah dirombak dari kurikulum lama yaitu penghapusan mata pelajaran bahasa Inggris pada tingkat sekolah dasar serta pendakatan tematik integratif yang katanya pada pendekatan ini siswa akan belajar dengan tema yang akan di kombinasikan dengan mata pelajaran, yaitu :PPKN, Agama, bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan Pendidikan jasmani.
Kurikulum ini sendiri seperti kata Kemendikbud bukanlah kurikulum baru di dunia, bahkan sudah diterapkan di Finlandia, Jerman dan prancis. pertanyaannya apakah kurikulum ini bisa di operasionalkan di Indonesia dengan pertimbangan keadaan lingkungan yang bisa dikatakan masih jauh berbeda dengan negara yang disebutkan diatas? tentu tidak mudah menjawab pertanyaan ini secara langsung karena kita belum melihat dampak kurikulum ini kedepan. untuk itu mari kita melihat secara sekilas bagaimana kontras kurikulum Finlandia dan Indonesia


Kurikulum di Finlandia
salah satu prinsip kurikulum di Finlandia adalah Non-discrimination and equal treatment yang berarti tidak ada diskriminasi dan mendapat perlakuan yang sama. di Finlandia semua anak punya hak sama dalam pendidikan, tidak dibedakan antara si kaya dan si miskin dan semua sekolah tidak dibedakan baik itu sekolah favorit atau tidak. jadi siswa bisa masuk ke sekolah mana saja karena semua sekolah sama. hal lain yang membuat sistem pendidikan di Finlandia berbeda adalah karena tidak adaassessment atau penilaian. siswa-siswa di Finlandia dibimbing untuk memiliki hak yang sama ketika belajar, maka tidak heran jika di dalam kelas mereka memiliki minimal dua guru untuk mengajar, 1 bertindak sebagai guru utama dan 1-nya sebagai asisten. di sisi lain berdasarkan hak dasar warga Finlandia, prinsip Receive understanding and have their say in accordance with their age and maturity yaitu menerima pemahaman dan pendapat sesuai umur dan kedewasaan. jadi mereka memiliki hak mendapatkan ilmu sesuai umur mereka tanpa diskriminasi. mereka juga mendapatakan dukungan spesial jika dibutuhkan seperti anak cacat dan anak-anak yang membutuhkan waktu ektra akan memiliki kelas tambahan untuk diajarkan secara khusus agar mereka mendapatkan hal yang sama seperti anak lainnya.
Dari segi mata pelajaran di Finlandia memiliki 6 mata pelajaran inti yang semuanya terbungkus dengan kata orientation. kenapa ada kata orientation? karena kurikulum di Finlandia memiliki konsep gagasan bahwa 6 mata pelajaran ini bukan mengharuskan siswa belajar isi dari seluruh pelajaran ini namun mengajak anak didik untuk mulai memperoleh kemampuan menjelajah dan memahami fenomena-fenomena alam yang ada disekitar mereka. maka jika anda melihat ada tiga kata yang dipakai disini yaitu examine, understand, & experience. jadi siswa melatih kemudian memahami dan mencoba. jadi pada hakikatnya siswa di Finlandia tidak belajar isi dari buku-buku tetapi berinteraksi dengan ilmu-ilmu tersebut. tentunya dengan fasilitas yang lengkap di setiap sekolah, baik desa maupun kota.
Hal menarik lainnya adalah bagaimana seorang guru mengajar di Finlandia tidak sebatas hanya di dalam kelas. siswa diajak mengekplorasi pengetahuan secara langsung di luar kelas ketika bahan ajar berkaitan dengan lingkungan. jadi dalam hal ini siswa tidak semata-mata belajar teori namun terjun ke lapangan untuk membuka wawasan mereka tentang alam demi mendapatkan pengetahuan dari pengalaman secara langsung.
jangan heran jika di Finlandia ada yang namanya Parental engagement, orang tua siswa juga terlibat dalam pendidikan anak jadi mereka juga secara tidak langsung memiliki ikatan kerjasama dengan sekolah. tujuannya adalah agar memungkinkan pihak sekolah tahu bakat anak secara akurat lebih dini jadi apa yang dibutuhkan si anak lebih tersalurkan di sekolah dengan informasi dari orangtuanya ke pihak sekolah. luar biasa bukan? dan ini mereka lakukan dalam bentuk diskusi bersama orangtua dan staff.
tidak hanya itu, orang tua juga memiliki hak mengevaluasi kurikulum sehingga mereka punya hak memberikan saran untuk perkembangan si anak. ini adalah peran nyata orangtua dalam pendidikan. jadi orantua di Finlandia tidak sekedar mendaftarkan anak ke sekolah dan terus selesai, mereka punya tanggungjawab sebagai orangtua untuk memonitor kemajuan si anak dengan baik melalui keterlibatan memberikan saran dan pendapat untuk perbaikan kurikulum jika dibutuhkan.


Kurikulum di Indonesia
di atas saya sudah menjelaskan bagaimana kurikulum di Finlandia di Jalankan. nah, sekarang mari kita bandingkan dengan kurikulum di Indonesia. di Indonesia kurikulum di atur oleh pemerintah pusat dengan keterlibatan mereka yang ahli dalam bidang kurikulum. kurikulum hanya bisa diubah oleh pemerintah sementara masyarakat hanya menjadi konsumen yang patuh dan taat. orangtua didik juga tidak terlibat apapun dalam hal kurikulum. lantas, bagaimana melihat kurikulum kita berhasil atau tidak? apa cukup dengan nilai UAN?
untuk menjawab pertanyaan diatas mungkin anda bisa menerka-nerka jawaban sesuai pengalaman anda yang sudah lama belajar di Indonesia dan tanyakan pada diri anda sendiri apakah selama ini anda merasa puasa dengan sistem pembelajaran yang ada.
menerapkan kurikulum dari negara maju sah-sah saja selama diterapkan dengan benar dan tepat sasaran. namun dari itu apakah kita siap mengadopsi sistem negara maju yang mereka memang kondisi pendidikan didukung baik oleh sarana dan prasarana dan guru yang memiliki latar belakang keilmuan dan pengalaman yang baik. sementara di Indonesia, secara kasat mata kita bisa melihat bahwa pendidikan kita sama sekali belum merata. Di desa dan di kota sangat berbeda dari segi fasilitas, guru dan lingkungan. jadi jelas kompetensi gurunya berbeda dan sistem pembelajarannya juga akan berbeda.
Dalam hal fasilitas kita masih tertingga jauh dengan negara maju seperti Finlandia. yang saya maksud disini adalah fasilitas sekolah untuk mendukung kegiatan belajar. termasuk laboratorium bahasa, sains dan lainnya. tanpa fasilitas yang memadai sangat sulit untuk menelurkan siswa yang berprestasi dibidangnya. terlebih jika kita berbicara dengan sekolah-sekolah di pinggiran desa yang jauh dari kata wajar dan bahkan jarang mendapat bantuan, dikunjungipun hampir tidak pernah. jadi siapkah mereka memulai kurikulum baru ini.
Guru juga memiliki peran aktif dalam hal menjalankan kurikulum ini. sosialisai tentang kurikulum 2013 ini sangat penting agar guru tidak mengalami “serangan jantung” tiba-tiba. tanpa pengetahuan yang cukup maka guru tidak akan bisa mengaplikasikan kurikulum baru ini. terlebih lagi dalam kurikulum baru ini guru dituntut lebih mandari dan aktif menciptakan bahan. disini guru dituntut melakukan tiga hal yaitu Guide, teach, explain. guru diharapkan dapat membimbing siswa, mengajarkan mereka dan menjelaskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan. jadi tidak sebatas mengeluarkan isi buku dan dimasukkan ke kepala siswa, tetapi peran aktif guru lebih dituntut untuk menuntun siswa mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapat di sekolah.
Keterlibatan pihak ketiga seperti orang tua juga harus dipikirkan kedepan. jadi tidak hanya sebatas belajar di sekolah dan selesai. orangtua harus diajak terlibat dengan pendidikan anak agar mereka mengerti akan apa yang dibutuhkan anak. dalam hal ini pihak sekolah memiliki peran menghubungkan orangtua dan guru sehingga bakat anak bisa tersalurkan dengan tepat. orangtua tentu mengetahui bakat anak lebih baik dari guru jadi tugas orangtua adalah berkoordinasi dengan guru melalui keterlibatan dalam evaluasi. nantinya ini bisa menjadi masukan bagi guru dan juga pemerintah dalam hal evaluasi kurikulum.
Akhirnya saya berharap pemerintah dapat lebih terbuka dalam hal perubahan kurikulum dengan melibatkan siswa, guru dan masyarakat. karena pada hakikinya merekalah yang lebih berperan dalan hal pendidikan karena mereka lebih tahu dengan pengalaman dilapangan. semoga kurikulum 2013 akan lebih baik dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. semoga!


 
Design by Jery Tampubolon | Bloggerized by Jery - Rhainhart Tampubolon | Indonesian Humanis