Friday, June 19, 2015

Humanism


Throughout recorded history there have been non-religious people who have believed that this life is the only life we have, that the universe is a natural phenomenon with no supernatural side, and that we can live ethical and fulfilling lives on the basis of reason and humanity. They have trusted to the scientific method, evidence, and reason to discover truths about the universe and have placed human welfare and happiness at the centre of their ethical decision making.
Today, people who share these beliefs and values are called humanists and this combination of attitudes is called Humanism. Many millions of people in Britain share this way of living and of looking at the world, but many of them have not heard the word ‘humanist’ and don’t realise that it describes what they believe.
It is one of the main purposes of the British Humanist Association to increase public awareness of what Humanism is, and to let the many millions of non-religious people in this country know that, far from being somehow deficient in their values, they have an outlook on life which is coherent and widely-shared, which has inspired some of the world’s greatest artists, writers, scientists, philosophers and social reformers, and which has a millenia-long tradition in both the western and eastern worlds.
We also hope to give greater confidence to people whose beliefs are humanist by offering resources here and elsewhere that can develop their knowledge of humanist approaches to some of the big ethical, philosophical and existential questions in life.

Defining ‘Humanism’

Roughly speaking, the word humanist has come to mean someone who:
  • trusts to the scientific method when it comes to understanding how the universe works and rejects the idea of the supernatural (and is therefore an atheist or agnostic)
  • makes their ethical decisions based on reason, empathy, and a concern for human beings and other sentient animals
  • believes that, in the absence of an afterlife and any discernible purpose to the universe, human beings can act to give their own lives meaning by seeking happiness in this life and helping others to do the same.
However, definitions abound and there are longer and shorter versions. The fullest definition to have a measure of international agreement is contained in the 2002 Amsterdam Declaration of the International humanist and Ethical Union. Some others include:
…a commitment to the perspective, interests and centrality of human persons; a belief in reason and autonomy as foundational aspects of human existence; a belief that reason, scepticism and the scientific method are the only appropriate instruments for discovering truth and structuring the human community; a belief that the foundations for ethics and society are to be found in autonomy and moral equality…
– Concise Routledge Encyclopedia of Philosophy
An appeal to reason in contrast to revelation or religious authority as a means of finding out about the natural world and destiny of man, and also giving a grounding for morality…Humanist ethics is also distinguished by placing the end of moral action in the welfare of humanity rather than in fulfilling the will of God.
– Oxford Companion to Philosophy
Believing that it is possible to live confidently without metaphysical or religious certainty and that all opinions are open to revision and correction, [Humanists] see human flourishing as dependent on open communication, discussion, criticism and unforced consensus.
– Cambridge Dictionary of Philosophy
That man should show respect to man, irrespective of class, race or creed is fundamental to the humanist attitude to life. Among the fundamental moral principles, he would count those of freedom, justice, tolerance and happiness…the attitude that people can live an honest, meaningful life without following a formal religious creed.
– Pears Cyclopaedia, 87th edition, 1978
Rejection of religion in favour of the advancement of humanity by its own efforts.
– Collins Concise Dictionary
A non-religious philosophy, based on liberal human values.
– Little Oxford Dictionary








Source
Humanism.org
https://humanism.org.uk/humanism/

Wednesday, May 13, 2015

Happy 127th Birthday Inge Lehmann's




Inge Lehmann ForMemRS (13 Mei 1888 - 21 Februari 1993), adalah seorang Denmark seismolog yang menemukan bumi inti. Pada tahun 1936 ia mendalilkan dari data seismik yang ada bahwa bumi inti 's tidak satu lingkup cair, tetapi bahwa inti ada, yang memiliki sifat fisik yang berbeda dengan yang ada di inti luar. Kesimpulan ini cepat diterima oleh seismolog, yang hingga saat ini belum mampu mengusulkan hipotesis yang bisa diterapkan untuk pengamatan bahwa P-gelombang yang diciptakan oleh gempa bumi melambat ketika mencapai daerah-daerah tertentu dari dalam bumi.




Inge Lehmann lahir dan dibesarkan di Osterbro , bagian dari Kopenhagen . Dia adalah putri dari percobaan psikolog Alfred Georg Ludvik Lehmann (1858-1921). Dia menerima pendidikan sekolahnya di sebuah sekolah tinggi pedagogis progresif dipimpin oleh Hanna Adler, seorang bibi dari Niels Bohr . Menurut Lehmann, ayahnya dan Adler adalah dua pengaruh paling signifikan untuk pengembangan intelektual. Setelah sekolah selesai, ia belajar, dengan beberapa interupsi karena kesehatan yang buruk, matematika di University of Copenhagen dan Universitas Cambridge . 

Ia melanjutkan studinya matematika di Cambridge 1910-1911 di Newhan College. Pada tahun 1911 Lehmann kembali dari Cambridge perasaan lelah dari pekerjaan, jadi dia memutuskan untuk menempatkan studi disisihkan untuk sementara waktu. Lehmann mengembangkan keterampilan komputasi baik dari kantor aktuaris ia bekerja selama beberapa tahun sampai dia melanjutkan studinya di Universitas Kopenhagen di tahun 1918. Dia menyelesaikan gelar calon magisterii dalam ilmu fisika dan matematika dalam dua tahun. Ketika ia kembali ke Denmark pada tahun 1923 ia menerima posisi di Universitas Kopenhagen sebagai asisten JF Steffensen, profesor ilmu aktuaria. 

Setelah beberapa tahun bekerja di bisnis asuransi ia menjadi asisten geodesist Niels Erik Norlund , yang ditugaskan nya tugas menyiapkan observatorium seismologi di Denmark dan Greenland . Awal ketertarikannya pada seismologi tanggal kembali ke waktu ini. Pada tahun 1928 ia lulus ujian nya di geodesi dan menerima posisi sebagai geodesist negara dan kepala departemen seismologi di Geodetical Institut Denmark , yang dipimpin oleh Norlund. Dalam makalah berjudul P ', dia adalah orang pertama yang menafsirkan gelombang P kedatangan yang entah kenapa muncul dalam bayangan P gelombang inti bumi sebagai reflexions pada inti. [8] Penafsiran ini diadopsi dalam waktu dua sampai tiga tahun oleh lainnya terkemuka seismolog waktu, seperti Beno Gutenberg , Charles Richter , dan Harold Jeffreys . The Perang Dunia Kedua dan pendudukan Denmark oleh tentara Jerman terhambat kerja Lehmann dan kontak internasional nya secara signifikan selama tahun-tahun berikutnya.

Pada tahun-tahun terakhir hingga pensiun pada tahun 1953 hubungan antara dia dan anggota lain dari Geodetical Institute memburuk, mungkin sebagian karena ia memiliki sedikit kesabaran dengan rekan-rekan kurang kompeten. Setelah tahun 1953, Inge Lehmann pindah ke Amerika Serikat selama beberapa tahun dan berkolaborasi dengan Maurice Ewing dan Frank Press penyelidikan dari kerak bumi dan mantel atas . Selama pekerjaan ini, ia menemukan diskontinuitas seismik lain, yang terletak pada kedalaman antara 190 dan 250 km dan biasanya disebut sebagai " Lehmann diskontinuitas "untuk menghormati penemunya. Francis Birch mencatat bahwa "Lehmann diskontinuitas ditemukan melalui menuntut pengawasan dari seismik catatan oleh master seni hitam yang tidak ada jumlah komputerisasi kemungkinan menjadi pengganti lengkap ... "




Referensi:
http://tokohpenemu.blogspot.com/2015/05/biografi-inge-lehmann.html

Sunday, May 10, 2015

Kurikulum Pendidikan di Finlandia

Tulisan ini saya kutip dari website www.hipwee.com. Disini kita temui 7 poin penting yang menjadi dasar majunya kurikulum pendidikan di Finlandia bahkan menjadi kurikulum terbaik dunia hingga saat ini.

Hardiana Noviantari


1. Di Finlandia, Anak-Anak Baru Boleh Bersekolah Setelah Berusia 7 Tahun



Orang tua jaman sekarang pasti udah rempong kalau mikir pendidikan anak. Anaknya belum genap 3 tahun aja udah ngantri dapat pre-school bagus gara-gara takut kalau dari awal sekolahnya gak bagus, nantinya susah dapat SD, SMP, atau SMA yang bagus. Di Finlandia tidak ada kekhawatiran seperti itu. Bahkan menurut hukum, anak-anak baru boleh mulai bersekolah ketika berumur 7 tahun.
Awal yang lebih telat jika dibandingkan negara-negara lain itu justru berasal dari pertimbangan mendalam terhadap kesiapan mental anak-anak untuk belajar. Mereka juga meyakini keutamaan bermain dalam belajar, berimajinasi, dan menemukan jawaban sendiri. Anak-anak di usia dini justru didorong untuk lebih banyak bermain dan bersosialisasi dengan teman sebaya. Bahkan penilaian tugas tidak diberikan hingga mereka kelas 4 SD. Hingga jenjang SMA pun, permainan interaktif masih mendominasi metode pembelajaran.
Pelajar di Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi mereka, jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar. Maka dari itu meskipun mulai telat, tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh dunia dalam tes internasionalProgramme for International Student Assessment (PISA). Itu membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia.

2. Cara Belajar Ala Finlandia: 45 Menit Belajar, 15 Menit Istirahat



Tahukah kamu bahwa untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia belajar, mereka berhak mendapatkan rehat selama 15 menit? Orang-orang Finlandia meyakini bahwa kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang, jika mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru. Mereka juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka akan dapat kembali bermain.
Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas, memiliki jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan. Mereka jadi lebih aktif bergerak dan bermain, tidak hanya duduk di kelas. Bagus juga kan jika tidak membiasakan anak-anak dari kecil untuk terlalu banyak duduk.

3. Semua Sekolah Negeri Di Finlandia Bebas Dari Biaya. Sekolah Swasta pun Diatur Secara Ketat Agar Tetap Terjangkau


Satu lagi faktor yang membuat orang tua di Finlandia gak usah pusing-pusing milih sekolah yang bagus untuk anaknya, karena semua sekolah di Finland itu sama bagusnya. Dan yang lebih penting lagi, sama gratisnya. Sistem pendidikan di Finlandia dibangun atas dasar kesetaraan. Bukan memberi subsidi pada mereka yang membutuhkan, tapi menyediakan pendidikan gratis dan berkualitas untuk semua.
Reformasi pendidikan yang dimulai pada tahun 1970-an tersebut merancang sistem kepercayaan yang meniadakan evaluasi atau ranking sekolah sehingga antara sekolah gak perlu merasa berkompetisi. Sekolah swasta pun diatur dengan peraturan ketat untuk tidak membebankan biaya tinggi kepada siswa. Saking bagusnya sekolah-sekolah negeri di sana, hanya terdapat segelintir sekolah swasta yang biasanya juga berdiri karena basis agama.
Tidak berhenti dengan biaya pendidikan gratis, pemerintah Finlandia juga menyediakan fasilitas pendukung proses pembelajaran seperti makan siang, biaya kesehatan, dan angkutan sekolah secara cuma-cuma. Memang sih sistem seperti ini mungkin berjalan karena kemapanan perekonomian Finlandia. Tapi jika memahami sentralnya peran pendidikan dalam membentuk masa depan bangsa, seharusnya semua negara juga berinvestasi besar untuk pendidikan. Asal gak akhirnya dikorupsi aja sih.

4. Semua Guru Di Finlandia Dibiayai Pemerintah Untuk Meraih Gelar Master. Gaji Mereka Juga Termasuk Dalam Jajaran Pendapatan Paling Tinggi di Finlandia.



Disamping kesetaraan fasilitas dan sokongan dana yang mengucur dari pemerintah, penopang utama dari kualitas merata yang ditemukan di semua sekolah di Finlandia adalah mutu guru-gurunya yang setinggi langit. Guru adalah salah satu pekerjaan paling bergengsi di Finlandia. Pendapatan guru di Finlandia pun lebih dari dua kali lipat dari guru di Amerika Serikat.Tidak peduli jenjang SD atau SMA, semua guru di Finlandia diwajibkan memegang gelar master yang disubsidi penuh oleh pemerintah dan memiliki tesis yang sudah dipublikasi.
Finlandia memahami bahwa guru adalah orang yang paling berpengaruh dalam meningkatkan mutu pendidikan generasi masa depannya. Maka dari itu, Finlandia berinvestasi besar-besaran untuk meningkatkan mutu tenaga pengajarnya. Tidak saja kualitas, pemerintah Finlandia juga memastikan ada cukup guru untuk pembelajaran intensif yang optimal. Ada 1 guru untuk 12 siswa di Finlandia, rasio yang jauh lebih tinggi daripada negara-negara lain. Jadi guru bisa memberikan perhatian khusus untuk tiap anak, gak cuma berdiri di depan kelas.
Jika Indonesia ingin semaju Finlandia dalam urusan pendidikan, guru-guru kita selayaknya juga harus mendapatkan sokongan sebagus ini. Kalau perhatian kita ke guru kurang, kenapa kita menuntut mereka harus memberikan yang terbaik dalam proses pembelajaran? Tidak adil ‘kan?

5. Guru Dianggap Paling Tahu Bagaimana Cara Mengevaluasi Murid-Muridnya. Karena Itu, Ujian Nasional Tidaklah Perlu.



Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka. Hanya terdapat garis pedoman nasional longgar yang harus diikuti. Ujian nasional pun tidak diperlukan. Pemerintah meyakini bahwa guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling sesuai dengan siswa-siswa mereka.
Diversitas siswa seperti keberagaman tingkatan sosial atau latar belakang kultur biasanya jadi tantangan sendiri dalam menyeleraskan mutu pendidikan. Bisa jadi gara-gara fleksibilitas dalam sistem pendidikan Finlandia itu, semua diversitas justru bisa difasilitasi. Jadi dengan caranya sendiri-sendiri, siswa-siswa yang berbeda ini bisa mengembangkan potensinya secara maksimal.

6. Siswa SD-SMP di Finlandia Cuma Sekolah 4-5 Jam/hari. Buat Siswa SMP dan SMA, Sistem Pendidikan Mereka Sudah Seperti Di Bangku Kuliah



Tidak hanya jam istirahat yang lebih panjang, jam sekolah di Finlandia juga relatif lebih pendek dibandingkan negara-negara lain. Siswa-siswa SD di Finlandia kebanyakan hanya berada di sekolah selama 4-5 jam per hari. Siswa SMP dan SMA pun mengikuti sistem layaknya kuliah. Mereka hanya akan datang pada jadwal pelajaran yang mereka pilih. Mereka tidak datang merasa terpaksa tapi karena pilihan mereka.
Pendeknya jam belajar justru mendorong mereka untuk lebih produktif. Biasanya pada awal semester, guru-guru justru menyuruh mereka untuk menentukan target atau aktivitas pembelajaran sendiri. Jadi ketika masuk kelas, mereka tidak sekedar tahu dan siap tapi juga tidak sabar untuk memulai proyeknya sendiri.

7. Gak Ada Sistem Ranking di Sekolah. Finlandia Percaya Bahwa Semua Murid Itu Seharusnya Ranking 1



Upaya pemerintah meningkatkan mutu sekolah dan guru secara seragam di Finlandia pada akhirnya berujung pada harapan bahwa semua siswa di Finlandia dapat jadi pintar. Tanpa terkecuali. Maka dari itu, mereka tidak mempercayai sistem ranking atau kompetisi yang pada akhirnya hanya akan menghasilkan ‘sejumlah siswa pintar’ dan ‘sejumlah siswa bodoh’.
Walaupun ada bantuan khusus untuk siswa yang merasa butuh, tapi mereka tetap ditempatkan dalam kelas dan program yang sama. Tidak ada juga program akselerasi. Pembelajaran di sekolah berlangsung secara kolaboratif. Bahkan anak dari kelas-kelas berbeda pun sering bertemu untuk kelas campuran. Strategi itu terbukti berhasil karena saat ini Finlandia adalah negara dengan kesenjangan pendidikan terkecil di dunia.
Emang sih kita gak bisa serta merta menyontek sistem pendidikan Finlandia dan langsung menerapkannya di Indonesia. Dengan berbagai perbedaan institusional atau budaya, hasilnya juga mungkin gak bakal sama.
Tapi gak ada salahnya ‘kan belajar dari negara yang udah sukses dengan reformasi pendidikannya. Siapa tahu bisa menginspirasi adminitrasi baru untuk mengadakan perubahan demi pendidikan Indonesia yang lebih baik **

Wednesday, May 6, 2015

International Humanists protest Indonesia blasphemy arrest

The International Humanist and Ethical Union (IHEU) is calling for the Indonesian government to guarantee the freedom and safety of Alexander Aan, an Indonesian arrested for blasphemy. IHEU — the global union of more than 100 Humanist and atheist groups from 40 countries including Indonesia — has also raised Aan’s case with the United Nations. Aan was arrested for blasphemy last week in Dharmasraya, in the province of West Sumatra.
Aan was originally taken into what was called “protective custody” by police on January 18 after he was attacked by a mob of Muslim militants reacting to criticism of Islam that Aan made on Facebook. The police then arrested Aan on three separate charges: insulting religion (which has a maximum sentence of five years jail), the electronic transmission of defamatory comments (six years jail), and false reporting on an official form (six years jail). The charges of blasphemy and defamation relate to his criticism of Islam on Facebook. The final charge claims that his application for his civil service job falsely stated he was Muslim when he was an atheist.
“The real crime here is the physical assault on Aan, not his expression of his personal beliefs,” said IHEU International Representative Matt Cherry. “We have therefore requested that the UN raise Aan’s case with the Indonesian authorities. We believe Indonesia should drop all charges based on Aan’s beliefs and statements and that they should guarantee his safety from the violent mob that attacked him. We also call on Indonesia to change the laws that deny its citizens their right to identify as non-religious.”
The government of Indonesia recognizes only six faith traditions: Islam, Protestant Christianity, Catholic Christianity, Buddhism, Hinduism and Confucianism. Citizens are forced to choose from one of these traditions when applying for identification cards or filling in government forms.
Indonesian freethought activist Karl Karnadi highlighted the attack on Aan as part of a disturbing trend: “The beating and arrest of Alex is not an isolated event. It is a part of a series of increasing religious intolerance in Indonesia, which has victimized AhmadiyyaShia, Christians, Buddhists, and which now is victimizing the non-religious.”
Karnadi called on his government to live up to its own principles of diversity: “Indonesia has a national motto, ‘BhinnekaTunggal Ika’, which means ‘Unity in Diversity’. True diversity requires freedom to express diverse opinions and freedom to express one’s true identity. I dream of an Indonesia that sees diversity as its strength, not its weakness. To achieve that, both freedom of religion and freedom of expression must be guaranteed for every citizen, regardless of religion or belief. Then our motto will be more than mere words.”
About the International Humanist and Ethical Union (www.IHEU.org):
Founded in 1952, IHEU is a federation of more than 100 atheist and humanist groups from 40 countries. It has consultative status at the United Nations, UNESCO, Council of Europe and African Union.
For more information: contact Matt Cherry at pr@IHEU.org

Saturday, May 2, 2015

Surat Anggun Cipta Sasmi Merespon Hukuman Mati

To the People of Indonesia.
Belakangan ini ada kontroversi tentang opini saya mengenai hukuman mati yang kebanyakan datang dari hujatan netizen di social network dan ini penjelasan saya.
Saya adalah seorang ibu, darah saya 100% Indonesia. Seorang ibu yang mencintai anaknya seperti layaknya semua ibu di Indonesia. Dan tentunya saya menolak, berperang dan membenci Narkoba juga semua pihak yang membantu membuat atau menjualnya. Narkoba adalah musuh manusia yang menghancurkan hidup dan memecahkan keluarga. Narkoba memperkayai mafia juga orang yang gemar korupsi dibelakang kepedihan orang-orang kecil. Tentu saja saya berdiri di sisi korban dan di sisi semua orang yang membenci Narkoba. Mereka yang membuat dan menjual racun Narkoba harus di adili dan harus diberi hukuman yang seberat-beratnya di penjara.
Saya juga seorang pembela Hak Asasi Manusia. Saya bekerja sama dengan PBB sebagai Goodwill Ambassador dan dalam Universal Deklarasi Hak Asasi Manusia tertulis larangan membunuh manusia. Saya sangat percaya bahwa kita tidak bisa membasmi kriminalitas dengan membunuh orang-orang yang terlibat dalam kejahatan. Nyawa yang dibalas nyawa tidak akan mengembalikan hidup korban. Kematian bukanlah keadilan. Untuk saya, hanya Allah semata yang mempunyai hak atas hidup dan mati manusia.
Saya ingin hukuman yang setimpal dan seberat-beratnya kepada para kriminal. Saya membenci koruptor yang membantu bandar Narkoba menjalankan bisnis penjualan bahkan lewat penjara. Saya ingin adanya proyek bantuan kepada keluarga dari korban Narkoba, seperti Ibu Ephie Craze yang surat terbukanya amat dan sangat menyentuh saya.
Saya berada di posisi yang sama seperti semua ibu dan istri yang akan selalu berada disisi korban Narkoba. Tetapi saya juga menolak hukuman mati karena tidak manusiawi dan tidak berhasil membasmikan kejahatan.
Berpendapat seperti ini bukan berarti menyangkal darah yang mengalir di nadi saya atau mempertanyakan kedaulatan Indonesia yang saya hormat dan cintai. Ini hati saya yang berbicara.
Semoga Allah memberkati.
Anggun






Resources:

Sejarah Hukuman Mati

Awal Hukuman mati

Hukuman mati resmi diakui bersamaan dengan adanya hukum tertulis, yakni sejak adanya undang-undang Raja Hamurabi di Babilonia pada abad ke-18 Sebelum Masehi. Saat itu ada ada 25 macam kejahatan yang diancam dengan hukuman mati

Awal hukuman mati diidentifikasi terjadi sekitar abad ke 18 dalam masa kerajaan Hammaurabi di babel. Hukuman mati pada masa ini ditetapkan untuk 25 kategori kejahatan yang berbeda. Tetapi sebelum itu, hukuman mati ini juga sebenarnya sudah terekam abad ke 14 yang terjadi di Athena. Hukuman mati pada masa ini dilaksanakan untuk semua pelanggaran maupun tindak kejahatan. Hukuman mati juga berlaku pada masa kekaisaran romawi yang terjadi sekitar abad ke 12 yang dimana praktik hukuman mati dilakukan dengan berbagai cara seperti penyaliban, ditenggelamkan, dipukuli sampai mati, dibakar hidup-hidup dan dilempari sampai mati.
Perjalan hukuman mati ini termasuk sudah mengalami zaman yang panjang dan berbeda. Sekitar tahun 1066 Raja William atau biasa disebut sebagai William Sang Penakluk (Normandia, Perancis) menghapus istilah hukuman mati (pada masa itu berlaku hukuman gantung) untuk kategori kejahatan apapun namun terkecuali untuk para penjahat perang. Namun tren ini tidak bertahan lama karena pada abad ke 16 dibawah pemerintahan raja Henry VIII, sebanyak 72.000 orang diperkirakan telah dieksekusi dengan berbagai bentuk kejahatan. Beberapa metode hukuman mati pada masa tersebut dilakukan dengan berbagai cara antara lain dibakar di tiang, digantung, pemenggalan, dan quartering. Kebanyakan eksekusi dilakukan karena alasan pelanggaran modal & pajak, tidak mengakui kejahatan, dan pengkhianat kerajaan.
Sementara di Inggris, pada tahun 1700-an telah terjadi 222 pelaku kejahatan yang siap untuk dihukum mati. Kebanyakan para pelaku kejahatan tersebut telah melakukan tindakan seperti mencuri dan menebag pohon. Karena banyaknya pelaku yang akan dieksekusi, pihak juri melakukan klarifikasi ulang dengan mempertimbangkan kejahatan berat dan ringan hingga pada akhirnya sekitar 100 pelaku yang akhirnya jadi dieksekusi.

Hukuman Mati di Amerika
Hukuman mati di Amerika sebenarnya secara langsung juga ada karena pengaruh praktik hukuman mati yang telah terjadi sebelumnya di Inggris. Eksekusi hukuman mati pertama di Amerika diawali dengan eksekusi Kapten George Kendall. Eksekusi dilakukan didaerah koloni Jamestown, Virginia pada tahun 1608. George Kendall dieksekusi karena terlibatnya kendall dalam aktivitas memata-matai (Kendall menjadi mata-mata Spanyol untuk Amerika). Selajutnya hukuman mati telah banyak berlangsung didaerah Amerika, kebanyakan eksekusi dilakukan kepada para peyangkal Tuhan yang pada masa tahun 1600-an penyangkalan kepada Tuhan dianggap sebagai suatu kejahatan.

Gerakan Abolisionisme (The Abolitionist Movement)
Gerakan Abolisionisme menemukan akar (awal mula) dari tulisan para intelektual di Eropa seperti Montesquieu, Voltaire, Bentham, John Bellers dan John Howard. Hingga pada tahun 1967, Cesare beccaria menuliskan sebuah essay yang isinya menentang perbudakan dan HAM. Essay ini memberikan energi baru terhadap revolusi sebuah negara hingga pada akhirnya tulisan ini secara tidak langsung membawa sebuah pergerakan yang disebut sebagai gerakan abolisionisme. Pada masa pergerakannya, gerakan ini juga berimbas terhadap penentangan terhadap praktik hukuman mati yang kejam. Gerakan ini juga secara tidak langsung menjadi alasan penghapusan praktik hukuman mati di Austria dan Toskana (Italia Tengah). Para intelektual di Amerika juga dipengaruhi oleh tulisan Cesare beccaria yang berimbas terhadap pembentukan RUU oleh Thomas Jefferson. RUU ini dibentuk sebagai revisi terhadap UU hukuman mati di Virginia.
Dr. Benjamin Rush juga seorang yang terpengaruh atas konsep yang dibentuk oleh Cesare Beccaria. Rush menentang keyakinan bahwa hukuman mati berfungsi sebagai tindakan pencegah kejahatan. Bahkan, Dia menyatakan bahwa efek hukuman mati justru meningkatkan tindakan pidana. Rush mendapat dukungan dari Benjamin Franklin dan Jaksa Agung Philadelphia, William Bradford. Bradford, yang kemudian menjadi Jaksa Agung AS meyatakan penghapusan terhadap hukuman mati pada tahun 1794 di Pennsylvania. Hingga secara resmi pada tahun 1794, praktik hukuman mati secara resmi dihapuskan didaerah Pennsylvania untuk seluruh kategori kejahatan terkecuali untuk kasus pembunuhan tingkat pertama.




Sources
Amnesty International, "List of Abolitionist and Retentionist Countries," Report ACT 50/01/99, April 1999
D. Baker: "A Descriptive Profile and Socio-Historical Analysis of Female Executions in the United States: 1632-1997"; 10(3) Women and Criminal Justice 57 (1999)
R. Bohm, "Deathquest: An Introduction to the Theory and Practice of Capital Punishment in the United States," Anderson Publishing, 1999.
"The Death Penalty in America: Current Controversies," H. Bedau, editor, Oxford University Press, 1997.
K. O'Shea, "Women and the Death Penalty in the United States, 1900-1998," Praeger 1999.
W. Schabas "The Abolition of the Death Penalty in International Law," Cambridge University Press, second edition, 1997.
"Society's Final Solution: A History and Discussion of the Death Penalty," L. Randa, editor, University Press of America, 1997.

V. Streib, "Death Penalty For Female Offenders January 1973 to December 2002," Ohio Northern University, 2003.

Sunday, March 29, 2015

Blogwalking

Blogwalking adalah sebuah kegiatan mengunjungi blog-blog lain, lalu meninggalkan jejak disetiap blog yang dikunjungi. Anda dapat meninggalkan jejak dengan cara mengomentari blog tersebut maupun komentar di buku tamu yang disediakan oleh blog itu. Nah, dari penjelasan diatas dapat kita ambil manfaat dari blogwalking tersebut.

  1. Blogwalking akan membuat silaturahmi kita dengan sang pemilik blog lainnya menjadi lebih dekat. Kenapa bisa begitu? Sebab,blog yang kita komentari akan membuat pemilik blog melihat komentar dan mengunjungi blog kita lalu dia pun mengenal blog kita. Dari sanalah akan lahir interaksi yang tentu akan mempererat silaturahmi kita dengan pemilik blog.
  2. Semakin banyak kita melakukan blogwalking otomatis banyak link blog kita di setiap blog yang kita komentari. Semakin banyak link tersebut otomatis membuat blogger lain mengetahui keberadaan blog kita. Makin banyak yang tahu blog kita maka reputasi blog kita juga semakin populer.



Cara agar blogwalking bekerja maksimal :

1. Carilah waktu yang tepat
Agar blogwalking tidak ngawur alias hanya nyepam. Carilah waktu yang tepat. Jangan memaksakan tubuh jika lelah. Itu akan mendorong kita untuk melakukan copas komentar. Dan itu hanya akan menjadi sia-sia.

2. Cantumkan url hompage/artikel
Mencantumkan url berguna untuk membuat link aktif dan jika ada yang klik link kita akan menuju url tersebut. Jika hanya link mati, itu akan sia-sia. Karena kita tidak akan mendapat backlink dan admin tidak akan bisa melakukan kunjungan balik.

3. Berkomentarlah sesuai topik artikel
Berkomentar sesuai topik tidak akan bisa tanpa membaca artikel secara keseluruhan. Manfaat dari cara ini adalah bisa menambah wawasan kita.

4. Gunakan bahasa yang baik
Maksudnya, gunakan bahasa yang umum atau tidak asing. Cara ini akan menambah daya tarik admin dan para komentator lainnya untuk berkunjung ke blog kita. Karena bahasa yang baik dan sopan disukai banyak orang. smile

5. Lakukan blogwalking secara rutin
Lakukan secara rutin tetapi jangan terlalu sering. Karena hanya akan membuat kita lelah.

 
Design by Jery Tampubolon | Bloggerized by Jery - Rhainhart Tampubolon | Indonesian Humanis